Selasa, 11 November 2014

BAHAN KATEKESE KDRT





Kekerasan orang tua
Terhadap anak

Tujuan:

q  Peserta semakin menyadari akan terjadinya tindakan yang merupakan bentuk kekerasan dalam rumah tangga, khususnya orang tua terhadap anak.
q  Peserta mampu menemukan akar masalah terjadinya kekerasan orang tua terhadap anak.
q  Peserta mampu menyegarkan komitmen sebagai orang tua.     

Sumber Bahan:  
q  Alkitab (PB: Kol 3: 18-21 dan Ef 6:4)

Sarana:
q  Kisah kekerasan orangtua terhadap anak
q  Gambar atau karikatur

Materi Pokok:
q  Bentuk-bentuk kekerasan orang tua terhadap anak.
q  Berbagai akar masalah terjadinya kekerasan orangtua terhadap anak.
q  Relasi dan komunikasi orang tua terhadap anak.




Langkah Kegiatan:

PEMBUKAAN      

1.   Nyanyian

2.   Tanda Salib
P    Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus
U   Amin.

P    Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus,
cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus beserta kita.
U   Sekarang dan selama-lamanya.

1.     Pengantar dan Tobat
Pemandu memberi pengantar yakni mengungkapkan tujuan pertemuan supaya umat yang hadir mulai ikut terlibat dalam katekese umat ini. Diharapkan kreatifitas pemandu untuk mengawali pertemuan dengan baik hingga dapat membawa umat yang hadir pada susana ibadat sekaligus syaring iman dan hidup konkrit.

P      Saudara-saudari yang dicintai Tuhan, sering kali kita tidak menyadari bahwa dalam hidup harian kita, kita melukai hati Tuhan.
Kita kurang peka dan kurang terbuka terhadap situasi dan permasalahan orang lain di sekitar kita. Untuk itu marilah kita mengakui kesalahan kita dan mohon pengampunan kepada Tuhan.

P    Saya mengaku ............................................
U   kepada Allah yang Mahakuasa ... dst.


2.   Doa Pembuka
Doa Pembuka dipimpin oleh pemandu atau salah seorang yang telah mempersiapkan diri sesuai dengan tema pertemuan.
            P          Marilah kita berdoa.
........................................................................    hening sejenak
Allah Bapa Yang Agung,
sumber harapan dan masa depan Gereja, Engkau adalah Alpa dan Omega, yang awal dan yang akhir, yang memulai segala sesuatu dan yang mengakhirinya.
Bapa, Putra-Mu Engkau utus di tengah dunia ini dengan wujud seorang manusia yang mengalami sengsara, disalib, wafat dan dimakamkan dan bangkit pada hari ketiga sebagai kegenapan janji keselamatan yang Engkau tawarkan pada manusia.
Kami menghaturkan terimakasih untuk rahmat penyertaan-Mu dalam sejarah keselamatan dalam Gereja Kudus-Mu yang terus menerus Engkau karuniai tunas-tunas muda penerus Gereja-Mu.
Bapa, dalam pertemuan ini kami ingin merenungkan dan menyadari bahwa sering kali terjadi bahwa tunas-tunas muda yang Engkau percayakan pada Gereja-Mu tidak dapat tumbuh dengan maksimal karena kelalaian kami.
Berkati kami ya Allah semoga kami mampu jujur melihat diri kami, apakah kami sudah mengusahakan dengan sungguh-sunguh memberi tempat pada generasi muda Gereja-Mu berkembang dan hidup wajar sebagai orang yang penuh dengan kreatifitas dan pembaharuan.
Berkati kaum muda kami dalam kuasa Roh Kudus-Mu, semoga mereka dalam pencariaan jati diri, mereka mengandalkan Engkau.
Dan dalam Kristus, gairah kaum muda yang bergolak, menjadi api dalam Gereja-Mu yang menyemangati kehidupan menggereja dimana pun mereka berada.
Demi Yesus Kristus Tuhan dan Pengantara kami yang rela menderita disalibkan wafat dan dimakamkan untuk penebusan dosa-dosa kami kini dan sepanjang masa.

U  Amin



Sharing Pengalaman
Pemandu menyampaikan beberapa pertanyaan kepada peserta pertemuan untuk mendorong peserta agar mau mengungkapkan pengalaman atau apa yang dimengerti sehubungan dengan kekerasan orang tua terhadap anak.

Pertanyaan panduan, misalnya:
a.      Disekitar kita, di lingkungan sekitar, atau lingkup yang lebih luas, dalam media masa atau media elektronik, sering kita baca atau kita dengar kekerasan orang tua terhadap anak. Apa saja contoh yang bisa kita ungkapkan kepada teman pertemuan. Silahkan ungkapkan apa saja contoh kekerasan yang terjadi terhadap anak oleh orang tua !

b.     Akar masalah perlakuan kasar atau kekerasan orang tua terhadap anak tersebut apa?

c.      Apa yang bisa kita lakukan untuk membangun relasi dan komunikasi antara orang tua dan anak menjadi lebih dekat, erat dan harmonis?


Mendalami kitab suci


1.    Membaca atau mendengarkan Kol 3: 18-21 dan Ef 6:4
Pemandu atau salah seorang peserta pertemuan dapat membacakan teks:



Kol 3:18-21
18   Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan.
19   Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
20   Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan.
21    Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.


Ef 6:4
4       Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

2.   Mendalami Kitab Suci

Pertanyaan panduan:
a.      Apa yang menjadi kerinduan Paulus kepada umatnya di Kolose dan Efesus?

b.     Siapa yang seharusnya melakukan nasehat-nasehat Injili tersebut?

c.      Cara hidup dan membangun relasi antar orang tua dan anak yang bagaimana yang sudah kita perjuangkan dalam hidup sehari-hari?

d.     Kesulitan apa yang dihadapi orangtua dalam membangun relasi yang harmonis dengan anaknya?

e.      Apakah relasi dan komunikasi orangtua terhadap anak yang terbangun dan sedang berjalan sudah sesuai dengan nilai-nilai Injili?

MEMBANGUN Sikap Baru


1.    Mencari jalan keluar dari kesulitan yang ditemukan
Pemandu mengajak peserta untuk mendialogkan atau membahas sikap, tindakan atau cara mengatasi yang mestinya dilakukan dalam membangun relasi dan komunikasi antara orang tua dan anak menjadi erat dan harmonis.

q  Bagaimanakah caranya mengatasi kesulitan dalam membangun komunikasi dan relasi antara orangtua terhadap anak agar menjadi sehat dan harmonis?

q  Dan siapakah yang mestinya ikut dalam mengatasi kesulitan tersebut?

q  Marilah kita membuat niat-niat pribadi atau bersama untuk membangun dan menciptakan hubungan yang harmonis, erat, dekat dan bahagia antara orang tua dan anak-anak kita ?

2.     Doa dan Nyanyian Penutup.
q  Sebagai ungkapan hati atas niat-niat yang akan dilakukan, pemandu mengajak peserta untuk menyampaikan niat dalam doa spontan.
q  Doa spontan ditutup dengan doa Bapa Kami atau doa-doa untuk kepentingan umat dan ditutup doa dan nyanyian.



P   Marilah kita berdoa.
..........................................................................  hening sejenak
Allah Bapa Yang Agung,
sumber harapan dan masa depan Gereja, terimakasih kami haturkan kepada-Mu karena berkat dan semangat muda yang terus Engkau curahkan pada Gereja-Mu.
Terimakasih terutama atas penyertaan-Mu dalam pertemuan ini hingga kami boleh melihat betapa Engkau senantiasa membaharui, menyemangati dan menyuburkan Gereja-Mu melalui kaum muda kami. Bapa, semoga Roh Kudus-Mu menjadi pengerak bagi kaum muda kami untuk terus memberikan diri bagi Gereja-Mu.
Buatlah kaum muda kami berani ikut andil dalam karya keselamatan-Mu.
Dan ajari kami kaum dewasa untuk rendah hati memberi tempat bagi mereka untuk berkembang dan memberi kesempatan yang wajar bagi mereka untuk menemukan jati dirinya serta menemukan Engkau dalam kreatifitas dan semangat muda yang masih mengebu-ngebu.
Bapa, dalam keunikan kami masing-masing semoga Gereja-Mu semakin disempurnakan karena semakin banyak umat-Mu diselamatkan.
Doa ini kami haturkan kepada-Mu dalam nama Putra-Mu Yesus Kristus dan dalam persekutuan Roh Kudus kini dan sepanjang masa.
U   Amin

q  Pertemuan bisa diakhiri dengan nyanyian.



CERITA REFLEKSI

TITIPAN TUHAN
(Dia yang memberi, Dia yang mengambil)

Ada sepasang suami istri yang sudah menikah selama 20 tahun tetapi belum juga memiliki seorang anak. Betapa girang hati mereka ketika mengetahui dan menyadari bahwa sang ibu hamil dan akan melahirkan bayi. Tetapi pada saat kelahirannya, dokter yang membantu persalinan si bayi, merasa pedih karena ia melihat bayi itu hanya memiliki tangan kiri yang kecil.
Ayah si bayi yang melihat kondisi anaknya merasa sangat terpukul dan sedih. Keduanya bingung, bagaimana harus menyampaikan keadaan ini kepada sang ibu. Tetapi akhirnya sang ayah dengan tegar mengatakan:
”Biarlah saya sendiri akan memberitahukan kepada istri saya”.
Bersama-sama dengan sang dokter ia meletakkan bayi yang terbalut itu di sisi ibunya. Sang ibu melihat dan mengagumi kulit bayi yang halus, menyisir rambutnya dan menciuminya dengan mesra, lalu bertanya kepada suaminya:
”Dia sangat sempurna, bukan?”
Seketika itu kerongkongan suaminya seperti tercekak. Dan istri itu mengerti isyarat dari suaminya. Kemudian dengan perlahan-lahan ia membuka selimut bayinya dan melihat tangan yang cacat itu. Ruangan itu menjadi hening seketika. Kemudian dia menoleh kepada suaminya dan berkata dengan lembut:
”Harry, Tuhan mengetahui kepada siapa bayi ini dititipkan. Ia adalah titipan Tuhan untuk kita. Tuhan mengetahui betapa kita membutuhkannya dan betapa ia membutuhkan kita. Kita pasrahkan keluarga kita kepada Tuhan, juga masa depan anak kita ini!”


Pemazmur bernyanyi: ”Kepada siapa kasih setia-Mu aku percaya (Mzm 13:6)